Sabtu, 14 Maret 2009

PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJI KAYU SEBAGAI PENDUKUNG BAHAN BAKAR INDUSTRI KRIPIK SINGKONG SKALA RUMAH TANGGA

ABSTRAK

Kebutuhan kayu bakar sebagai pendukung kegiatan pembuatan kripik singkong skala rumah tangga merupakan salah satu faktor penentu kelangsungan produksi kripik singkong. Peningkatan harga minyak goreng, larangan penebangan pohon secara liar dan semakin menyempitnya areal hutan sebagai sumber kayu bakar mendorong pemanfaatan limbah penggergajian kayu sebagai pendukung bahan bakar. Usaha penggergajian kayu menghasilkan limbah yang berupa serbuk kayu berkarung-karung setiap harinya. Pemanfaatan limbah sebagai pendukung bahan bakar industri pembuatan kripik singkong skala rumah tangga merupakan salah satu upaya untuk menekan biaya produksi. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah penggergajian kayu terhadap analisa kelayakan usaha tani pembuatan kripik singkong skala rumah tangga. Pengkajian dilaksanakan di desa Padamara, kecamatan Sukamulia, kabupaten Lombok Timur. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah observasi secara langsung, sumber data diperoleh dari wanita tani dan pelaku usaha penggergajian. Pengumpulan data melalui wawancara, perubahan biaya akibat perubahan teknologi dihitung dengan menggunakan analisis anggaran parsial sederhana. Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah penggergajian kayu dapat menekan penggunaan minyak goreng sebesar 10%, biaya kayu bakar sebesar 46% dan meningkatkan nilai B/C ratio sebesar 10%. Marginal B/C yang diperoleh sebesar 4,15 yang berarti setiap Rp. 1,00 tambahan biaya yang dikeluarkan akibat penggantian jenis bahan bakar akan meyebabkan perolehan tambahan penerimaan sebesar Rp. 4,15 (lebih dari 4 kali tambahan biaya). Hasil uji organoleptik menunjukkan tidak ada perbedaan pada kripik singkong yang dihasilkan baik dari segi rasa, warna dan tekstur.


PENDAHULUAN

Kebutuhan kayu yang terus meningkat dan potensi hutan yang terus berkurang menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain dengan memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang bermanfaat. Serbuk kayu yang dihasilkan dari limbah penggergajian kayu dapat dimanfaatkan menjadi briket arang, arang aktif, komposit kayu plastik (Setyawati, 2003), pot organik sebagai pengganti polybag (Cahyono, 2000), sebagai media tanam jamur (Sariyono, 2000) dan bentuk-bentuk lainnya.

Industri penggergajian kayu menghasilkan limbah yang berupa serbuk gergaji 10,6%, sebetan 25,9% dan potongan 14,3% dengan total limbah sebesar 50,8% dari jumlah bahan baku yang digunakan (Setyawati, 2003).

Produksi total kayu gergajian Indonesia mencapai 2,6 juta m³ pertahun. Dengan asumsi bahwa jumlah limbah yang terbentuk 54,24% dari produksi total, maka dihasilkan limbah penggergajian kayu sebanyak 1,4 juta m³ per tahun. Angka tersebut cukup besar karena mencapai sekitar separuh dari produksi kayu gergajian (Forestry Statistics of Indonesia 1997/1998 dalam Pari, 2002).

Peningkatan harga bahan baku pendukung industri pembuatan kripik singkong skala rumah tangga di desa Padamara seperti minyak goreng, plastik pengemas, harga kayu bakar mendorong produsen untuk mencari jalan keluar dalam upaya menekan biaya produksi. Pangsa pembelian bahan bakar pendukung industri pengolahan hasil skala rumah tangga mencapai kurang lebih 10% (Hastuti, 2006). Kelompok Wanita Tani Hidayah desa Padamara membutuhkan kurang lebih 120 ikat kayu sebagai bahan bakar untuk mengubah 40 karung singkong menjadi kripik singkong setiap bulan dengan harga per ikat Rp. 4000 hingga Rp.5000 (Fitrotin, 2006). Bahan bakar kayu merupakan bahan bakar yang paling diminati oleh industri pengolahan hasil skala rumah tangga. Hal ini disebabkan kayu mudah didapat dan belum pernah ketersediaanya menjadi kendala seperti minyak tanah yang terkadang langka di pasar. Namun seiring perkembangan waktu harga kayu semakin meningkat sejalan dengan larangan penebangan pohon secara liar oleh pemerintah dan semakin menyempitnya areal hutan sebagai sumber kayu bakar. Peningkatan harga kayu menyebabkan peningkatan biaya produksi. Kondisi demikian menyebabkan perlunya bahan bakar lain pendukung kayu bakar untuk menekan biaya produksi.

Lokasi produksi kripik singkong di desa Padamara berdekatan dengan usaha penggergajian kayu. Usaha tersebut menghasilkan kurang lebih puluhan karung limbah yang berupa serbuk kayu setiap hari. Berlatar belakang demikian mendorong pemanfaatan limbah tersebut sebagai bahan bakar pendukung industri pengolahan hasil skala rumah tangga.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di desa Padamara, Kecamatan Sukamulia, Kabupaten Lombok Timur. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah observasi secara langsung, sumber data diperoleh dari wanita tani dan pelaku usaha penggergajian. Pengumpulan data melalui wawancara, perubahan biaya akibat perubahan teknologi dihitung dengan menggunakan analisis anggaran parsial sederhana (Swastika, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tungku Barbahan Baku Limbah Penggergajian Kayu

Pembuatan tungku berbahan baku limbah penggergajian kayu telah lama dipakai oleh masyarakat di desa Padamara. Umumnya mereka menggunakan bahan baku sekam padi dan limbah penggergajian kayu. Seiring perkembangan jaman penggunaan tungku tersebut telah lama dilupakan dan tergeser dengan penggunaan kompor dan elpiji yang mudah dalam penggunaannya dan tidak membutuhkan waktu lama dalam mempersiapkannya. Peningkatan harga minyak dan bahan-bahan lain pendukung industri pengolahan skala rumah tangga mendorong pemanfaatan kembali tungku berbahan baku limbah penggergajian kayu. Proses pembuatan tungku berbahan baku limbah penggergajian kayu adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan kaleng bekas atau kompor tungku dari tanah atau drum bekas.

2. Membuat lubang di dinding dasar drum sebesar ukuran diameter kayu bakar umumnya.

3. Selanjutnya masukkan sebatang kayu ke dalam kompor.

4. Ditengah kompor diberi lubang sebesar pipa paralon.

5. Di sekitar pipa paralon dimampatkan serbuk kayu dengan sedikit pemberian air untuk memampatkan adonan serbuk kayu. Setelah padat dan kering pipa paralon diangkat. Kompor siap dinyalakan.

Tungku berbahan baku limbah penggergajian kayu menghasilkan panas yang merata dan stabil sehingga kripik yang dihasilkan tidak mudah gosong. Temperatur yang stabil dari panas yang dikeluarkan oleh tungku menyebabkan distribusi panas merata ke dalam wajan sehingga penguapan minyak berjalan stabil yang mengakibatkan pemborosan penggunaan minyak akibat laju penguapan dapat ditekan. Pembuatan kripik singkong dengan bahan baku 1 karung singkong rata-rata membutuhkan minyak goreng 6 kg. Dengan penggunaan tungku limbah penggergajian kayu dapat menurunkan penggunaan minyak goreng 0,6 kg atau 10% dari minyak goreng yang dibutuhkan.

Analisis Kelayakan Perubahan Teknologi

Perubahan penggunaan limbah penggergajian kayu sebagai bahan bakar pendukung industri skala rumah tangga dievaluasi kelayakannya dengan menggunakan analisis Losses and Gains (Swastika, 2004) seperti disajikan dalam Tabel 1.

Hasil analisis pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perubahan penggunaan bahan bakar menghasilkan tambahan keuntungan sebesar Rp. 422.333 per bulan. Angka marginal B/C dari perubahan tersebut sebesar 4,15. Rasio ini menunjukkan bahwa tiap Rp. 1,00 tambahan biaya yang dikeluarkan akibat penggantian jenis bahan bakar menyebabkan diperolehnya tambahan penerimaan sebesar Rp. 4,15 (lebih dari 4 kali tambahan biaya). Hal ini berarti bahwa perubahan penggunaan jenis bahan bakar sangat layak untuk dilakukan.

Tabel 1. Analisis Parsial Perubahan Teknologi Penggunaan Jenis Bahan Bakar

Losses (korbanan)

Jumlah

Gains (perolehan)

Jumlah

Tambahan biaya tetap

1.667

422.333

422.333

Tambahan biaya pemanfaatan limbah

100.000

Total losses

101.667

Total penerimaan

422.333

Marginal B/C

4,15

(Sumber : data primer diolah, 2007)


Analisis Anggaran Parsial

Evaluasi kelayakan usaha pembuatan kripik singkong skala rumah tangga dianalisis dengan Analisi Anggaran Parsial Sederhana (Swastika, 2004) yang disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Perbedaan Jenis Bahan Bakar terhadap Biaya dan Keuntungan Pengolahan Kripik Singkong per Bulan di Desa Padamara Kabupaten Lombok Timur, Tahun 2007.

No.

Uraian

Satuan

Perubahan Teknologi

Kayu

Limbah gergaji + kayu

Vol

Harga Sat (Rp)

Nilai (Rp)

Vol

Harga Sat (Rp)

Nilai (Rp)

I.

BIAYA TETAP

Alat

Perajang singkong

Bak

Tenggok

Wajan

Saringan minyak

Plastik karung

Pisau

Tungku tanah

Drum bekas

Jumlah biaya tetap

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Lembah

Buah

Buah

Buah

1

4

2

3

2

2

3

1

0

21.667

625

633

1.458

417

1.250

417

8.333

0

21.667

2.500

1.666

4.374

834

2.500

1.251

8.333

0

43.125

1

4

2

3

2

2

3

0

1

21.667

625

633

1.458

417

1.250

417

0

10.000

21.667

2.500

1.666

4.374

834

2.500

1.251

0

10.000

44.792

II

BIAYA VARIABEL

Bahan

Singkong

Minyak goreng

Garam

Margarin

Plastik pengemas

Plastik bal

Logo

Kayu

Limbah gergaji

Tenaga kerja

Mengupas

Merajang

Menggoreng

Pengemasan

Jumlah biaya variabel

Karung

Liter

Bungkus

Kg

Pak

Pak

Lembar

Ikat

Karung

HOK

HOK

HOK

HOK

40

240

1

3

4

1

75

120

-

2

2

3

4

20.000

8.500

1.000

6.000

13.500

28.000

100

4.000

-

15.000

15.000

15.000

15.000

800.000

2.040.000

1.000

18.000

54.000

28.000

7.500

480.000

-

30.000

30.000

45.000

60.000

3.593.500

40

216

1

3

4

1

75

40

100

2

2

3

4

20.000

8.500

1.000

6.000

13.500

28.000

100

4.000

1.000

15.000

15.000

15.000

15.000

800.000

2.040.000

1.000

18.000

54.000

28.000

7.500

480.000

10.000

30.000

30.000

45.000

60.000

3.169.500

III

TOTAL BIAYA

3.636.625

3.214.292

IV

PRODUKSI

Pendapatan

B/C Ratio

Bal

480

9.000

4.320.000

683.375

0,1581887

480

9.000

4.320.000

1.105.708

0,2559509

(Sumber : Hastuti 2006 dengan modifikasi kenaikan harga minyak)

Berdasarkan data dari Tabel 2 menunjukkan bahwa dengan penggunaan limbah penggergajian kayu sebagai bahan bakar dapat menghemat penggunaan minyak goreng sebesar 24 kg atau 10% setiap bulan. Biaya penggunaan bahan bakar dapat ditekan hingga 46% atau Rp. 220.000,-. Hal ini berdampak pada peningkatan nilai B/C ratio dari 0,20 menjadi 0,30 atau 10%. Angka tersebut menunjukkan bahwa secara finansial usaha pembuatan kripik singkong skala rumah tangga telah memberikan keuntungan dengan tingkat keuntungan 30% dari total biaya yang dicurahkan.

Uji Organoleptik Kripik Singkong dengan Perbedaan Jenis Bahan Bakar

Pengujian kripik singkong dilakukan melalui pengamatan dengan uji organoleptik oleh 30 panelis terhadap warna, tekstur dan rasa. Secara keseluruhan kripik singkong yang disukai konsumen adalah berwarna kuning kecoklatan cerah, rasa yang seimbang (tidak terlalu manis atau asin) dan tekstur yang renyah.


Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Kripik Singkong dengan Perbedaan Jenis Bahan Bakar di Kelompok Wanita Tani Hidayah Desa Padamara, Lombok Timur, 2006.

Jenis Bahan Bakar

Parameter Kripik Singkong

Warna

Tekstur

Rasa

Keseluruhan

Kayu

2,65

2,53

2,39

2,55

Limbah gergaji dan kayu

2.61

2,49

2,40

2,51

Catatan : 1. sangat disukai; 2. disukai; 3. agak disukai; 4. tidak suka; 5. sangat tidak suka

Berdasarkan data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kripik singkong yang dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan baik dari segi warna, tekstur, rasa dan penampakan keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar limbah gergaji dapat digunakan sebagai alternatif pengganti bahan bakar kayu untuk menekan biaya produksi.

KESIMPULAN

1. Penggunaan limbah gergaji kayu sebagai bahan bakar dapat menekan biaya minyak goreng sebesar 10%, bahan bakar sebesar 46 % dari biaya semula, dan meningkatkan nilai B/C ratio sebesar 10%.

2. Penggunaan limbah gergaji kayu sebagai bahan bakar tidak mempengaruhi organoleptik kripik singkong yang dihasilkan





Ulyatu Fitrotin, Arif Surahman, dan Sri Hastuti

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat

PO. Box 1017 Mataram, Telp (0370) 671312, faks (0370) 671620

E-mail : bptp-ntb@litbang.deptan.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar